Sabtu, 13 April 2013

SATU KALIMAT YANG SERING DISALAH-GUNAKAN NAMUN KEDAHSYATANNYA SANGGUP MENJEBOL TEMBOK YA'JUJ & MA'JUJ

Di antara bangsa-bangsa manusia, tidak ada bangsa yang sekuat ya'juj ma'juj, sekejam ya'juj ma'juj, dan sebanyak ya'juj ma'juj. Namun tidak disangka, bahwa kelak yang membebaskan mereka dari tembok kokoh Dzulqarnain adalah kalimat 'Insya Allah'.

Nabi Muhammad SAW pernah ditanya oleh An-Nadhar bin Al-Harits dan 'Uqbah bin Ani Mu'ith sebagai utusan kaum kafir Quraisy. Pertanyaan yang diajukan oleh kedua orang ini adalah bagaimana kisah Ashabul Kahfi?, Bagaimana kisah Dzulqarnain?, dan Apa yang dimaksud dengan Ruh?.

Rasulullah SAW bersabda kepada dua orang itu, "Besok akan saya ceritakan dan saya jawab." Akan tetapi Rasulullah SAW lupa mengucapkan "Insya Allah". Akibatnya wahyu yang datang setiap kali beliau menghadapi masalah pasti terputus selama 15 hari.

Sedangkan orang Quraisy setiap hari selalu menagih janji kepada Rasulullah saw dan berkata "Mana ceritanya? besok.. besok.. besok.." Ketika itu Rasulullah saw sangat bersedih. Akhirnya Allah menurunkan wahyu surat Al-Kahfi yang berisi jawaban kedua pertanyaan pertama, pertanyaan ketiga berada dalam surat Al-Israa ayat 85.

Allah berfirman pada akhir surat Al-Kahfii :

"Janganlah kamu sekali-kali mengatakan, 'Sesungguhnya saya akan melakukan hal ini besok,' kecuali dengan mengatakan Insya Allah." (QS Al-Kahfi :23-24)

Sebuah kalimat yang sering kita salah artikan tetapi orang yang paling mulia disisiNya, yang telah diampuni dosanya baik yang telah lalu dan yang akan datang pun ditegur oleh Allah SWT karena lupa mengucapkan "Insyaa Allah". Ada rahasia besar apa dibalik kalimat Insya Allah?

Perhatikan petikan ayat diatas, di ayat tersebut Allah memerintahkan manusia ketika semua rencana sudah matang dan pasti janganlah mengatakan “Sesungguhnya aku akan mengerjakan besok” tetapi harus diikuti dengan ucapan Insya Allah.

Sebab ucapan “Sesungguhnya aku akan mengerjakan besok” adalah sebuah 'ucapan kepastian', keyakinan diri jika hal itu benar-benar akan dilakukannya, bukan keraguan-keraguannya.

Benar, Insya Allah adalah penegas ucapan kepastian dan keyakinan. Bukan keragu-raguan. Dari situlah tubuh kita mengeluarkan semacam kekuatan dan kepasrahan total yang tidak kita sadari sebagai syarat utama tercapainya sebuah keberhasilan.

Manusia hanya berencana dan berikhtiar, Allah yang menentukan hasilnya. Manusia terlalu lemah untuk mengucapkan ‘pasti’, karena Allah sebagai sang pemilik tubuh ini dapat berkehendak lain.

Ingat baik baik! Jika kalian tidak yakin atau tidak dapat memastikan sebuah rencana, maka jangan pernah mengatakan Insya Allah, cukup katakan saja “Maaf, saya tidak bisa” atau “Maaf, saya tidak dapat menghadiri …”

Tetapi bila kalian yakin bisa melakukan rencana itu, maka katakanlah “Insya Allah”, niscaya kalian akan melihat sebuah ketentuan Allah sesuai dengan apa yang telah dijanjikan oleh-Nya.

"Mereka (Ya'juj & Ma'juj) berusaha untuk keluar dengan berbagai cara, hingga sampai saat matahari akan terbenam mereka telah dapat membuat sebuah lobang kecil untuk keluar. Lalu pemimpinnya berkata,'Besok kita lanjutkan kembali pekerjaan kita dan besok kita pasti bisa keluar dari sini."

"Namun keesokkan harinya lubang kecil itu sudah tertutup kembali seperti sedia kala atas kehendak Allah. Mereka pun bingung tetapi mereka bekerja kembali untuk membuat lubang untuk keluar. Demikian kejadian tersebuat terjadi berulang-ulang."

"Hingga kelak menjelang Kiamat, di akhir sore setelah membuat lubang kecil pemimpin mereka tanpa sengaja berkata, “Insya Allah, Besok kita lanjutkan kembali pekerjaan kita dan besok kita bisa keluar dari sini."

"Maka keesokan paginya lubang kecil itu ternyata masih tetap ada, kemudian terbukalah dinding tersebut sekaligus kegaibannya dari penglihatan masyarakat luar sebelumnya."
"Dan Kaum Ya’juj dan Ma’juj yang selama ribuan tahun terkurung telah berkembang pesat jumlahnya akan turun bagaikan air bah memuaskan nafsu makan dan minumnya di segala tempat yang dapat mereka jangkau di bumi."

Jika kaum perusak sekelas ya'juj dan ma'juj saja bisa berhasil meskipun tanpa sengaja mengucapkan Insya Allah, bagaimanakah halnya dengan kita. Apalagi jika disertai dengan kesadaran dan penuh kepastian mengucapkannya. Yakinlah, janji Allah SWT selalu benar, Dia-lah sebaik baik penepat janji.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibnu Harmalah dari bibinya berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Kamu mengatakan tidak ada permusuhan, padahal sesungguhnya kamu senantiasa memerangi musuh, sehingga datanglah Ya'juj dan Ma'juj; yang lebar jidatnya, sipit matanya, menyala (merah) rambutnya, mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi, wajahnya seperti martil."

Wallahu’alam bishshawab, ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

Senin, 01 April 2013

Awalnya, Hajar Aswad adalah sebuah batu yang utuh berdiameter sekitar 30 centimeter. Namun, akibat berbagai peristiwa, ia pecah dan menyisakan delapan fragmen batuan. Pecahan-pecahan itulah yang kemudian disatukan dengan bingkai perak, lalu dipasangkan ke tempat asalnya.

"Yang tersisa bukan batu utuh seperti saat Nabi Ibrahim membangun Ka'bah, namun hanya beberapa fragmen," kata Dr Ahmad Moraei, profesor dari Umm al-Qura University, seperti dimuat situs Al Arabiya.

Ada banyak peristiwa, alami juga ulah manusia yang berperan memecah Hajar Aswad. Aksi kriminal yang paling terkenal adalah saat Bani Qarmati tega menginvasi dan merampok tempat suci itu. Mereka menguasai batu suci itu selama 22 tahun, dimulai tahun 317 Hijriyah. Lalu, akhirnya sejumlah fragmen dipulangkan ke tempat asalnya, namun sisanya menghilang.

"Bani Qarmati yang dipimpin Ahmad al-Qarmati datang ke tanah suci dan menginvasi Ka'bah. Mereka membunuh lebih dari 70.000 orang hari itu. Ahmad dengan pongah bahkan berkata, 'Allah memberi kehidupan pada manusia, dan aku yang akan mengambilnya'. Mereka membawa Hajar Aswad ke Kota Ahsa, selama 12 tahun," kata Dr Moraei.

Sebagian umat muslim meyakini, batu itu berasal dari surga yang diturunkan ke bumi saat Nabi Ibrahim ingin menandai tempat di mana para jamaah mengelilingi Ka'bah sebagai bagian dari ritual "Tawaf".

Hajar Aswad menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Ka'bah, menandai  awal dan akhir dari ritual "Tawaf". Ia adalah salah satu situs suci Islam yang paling dilihat, disentuh, dan dicium. Bahkan sebelum peradaban Islam, ia telah menjadi pilar suci bagi masyarakat Arab.

Misteri jenis batu
Salah satu yang masih menjadi perdebatan para ilmuwan adalah, jenis batuan Hajar Aswad. Ada yang menyebutnya sebagai batu basalt, batu agate atau akik, kaca alami, atau yang paling populer, meteorit.

Seperti dimuat Wikipedia, adalah Paul Partsch, kurator koleksi mineral kekaisaran Austria-Hungaria yang menerbitkan catatan sejarah komperehensif tentang Hajar Aswad pada tahun 1857. Ia condong pada dugaan, itu adalah meteorit.

Sementara pada tahun 1974, Robert Dietz dan John McHone mengajukan pendapat, Hajar Aswad adalah batu akik atau agate. Mereka mendasarkan hiopotesisnya pada atribut fisik dan laporan ahli geologi Arab.
Salah satu kunci penting adalah laporan tentang seputar pemulihan Hajar Aswad paca mengalami kejadian pencurian pada tahun 951 Masehi. Ada laporan, bahwa batu suci itu bisa mengapung, jika itu akurat, maka itu akan menepis dugaan bahwa Hajar Aswad adalah batu basalt atau meteorit, sebaliknya daftar dugaan bertambah, ia adalah kaca atau sejenis batu apung.
Pada tahun 1980, Elsebeth Thomsen dari University of Copenhagen mengajukan hipotesis, Hajar Aswad berasal dari fragmen kaca atau impactite dari dampak meteorit yang jatuh sekitar 6.000 tahun lalu di Wabar, situs di Gurun Rub' al Khali, sekitar 1.100 kilometer di timur Mekah. Namun, hipotesis ini dibantah dengan temuan terbaru tahun 2004 yang menduga, usia kawah Wabar sekitar 200-300 tahun.

Rabu, 27 Maret 2013

Umar bin Abdul Aziz



Umar bin Abdul Aziz adalah orang yang hanya dikenal oleh beberapa Muslim (mereka yang tertarik dalam sejarah Islam). Setelah wafatnya Nabi Muhammad, selama beberapa tahun, adalah ketika ia lahir.


Semua Muslim dinominasikan pemimpin dalam Islam, yang berhasil satu sama lain setelah kematian Nabi, dengan suara bulat, tapi sebelum Omar lahir, segalanya telah berubah karena kesenangan duniawi. Itu adalah kata DYNASTY diperkenalkan, sebagai gantinya. Dan karena Omar milik keluarga berkuasa, ketika waktunya untuk kepemimpinan datang, ia diberi kesempatan.


Sebenarnya, di atas hanyalah ringkasan pendek dari pengenalan, tapi apa terkesan saya maka menyebutnya pahlawan saya, adalah alasan berikut yang digambarkan sepanjang rentang hidupnya.

Pertama, membandingkan hidupnya sebelum dan sesudah kepemimpinannya adalah bahwa, ia menjalani kehidupan mewah dan kerajaan sebelumnya, tapi ia mengalami metamorfosis lengkap setelah deklarasi itu. Misalnya: -


Segera ketika ia menjadi seorang pemimpin, dia diberhentikan semua gubernur yang dikenal kejam dan tidak adil kepada hamba. Oleh karena itu, orang-orang yang lebih bahagia dari sebelumnya.


Kedua, semua hadiah perhiasan dan berharga dibawa ke hadapannya yang disetorkan ke kas negara dalam beberapa kesempatan, bukannya mengambil untuk treasury pribadi.


Juga dia memberikan semua kekayaannya untuk kemajuan masyarakat sampai ia tetap dengan hanya satu kemeja. Umat-Nya menyadari hal ini ketika ia selalu terlambat untuk sholat Jumat sebagai akibat dari menunggu hanya kemejanya satu kering setelah itu cuci. Selain itu, pada waktu tidak ada makanan di rumahnya, maka, suatu hari ia melihat anak-anaknya menyembunyikan mulut mereka tidak terbuka untuk ayah mereka, dan ketika ia bertanya, ia menemukan bahwa anak-anaknya telah mengambil bawang sebagai makanan dan menyembunyikan bau dari mencapai dirinya. Dia merasa kasihan pada mereka dan memastikan bahwa mereka memiliki cukup makanan. Hal ini menunjukkan bahwa, bahkan anak-anak telah diambil setelah sifat heroik ayah mereka memahami situasi. Apalagi dia tidak punya cukup uang untuk pergi untuk haji meskipun fakta bahwa, ia adalah pemimpin dari kerajaan terkuat di waktu itu.
Di kantornya ia memiliki dua lilin, jika ia ingin menulis urusan negara, dia akan menggunakan lilin yang milik negara dan jika ia ingin menulis surat pribadi sendiri, ia akan menggunakan lilin, yang ia beli dari sendiri uang.
Omar memastikan bahwa, gubernur mengikuti jalan yang sama. Misalnya salah satu gubernur membawa surat meminta untuk tongkat lilin lebih tetapi Omar menjawab, "Aku ingat kita digunakan untuk berjalan di malam gelap tanpa tongkat lilin dan kami selamat, apakah Anda ingin memberitahu saya bahwa sekarang Anda berada dalam kondisi yang lebih buruk "Ini? menunjukkan bahwa ia menentang pemborosan.


Dalam kesempatan lain, ada permintaan untuk kertas, tapi Omar menjawab lagi, "Membuat titik-titik pena Anda tipis, dan menulis tulisan tangan kecil termasuk hal-hal penting dan meninggalkan rincian dalam bentuk maju sangat pendek dan lurus.


Itu selama pemerintahannya ketika semua pajak dihapuskan. Orang-orang berkomentar bahwa selama pemerintahan pemimpin lain kas negara diisi, tapi sekarang tidak ada karena penghapusan pajak dan sebagian dari tabungan tersebut digunakan untuk membantu orang miskin dan yang membutuhkan. Dia menjawab bahwa kas negara tidak dimaksudkan untuk dinding tetapi orang-orang, jadi mengapa harus mereka tidak akan diberikan?

Alih-alih pajak, ia mendorong semua gubernur untuk berdebat orang untuk mempraktekkan pertanian dan jika ada yang memiliki sebidang tanah yang ia tidak berkultivasi selama tiga tahun, tanah itu akan diambil dan diberikan kepada orang lain yang akan mengolah, maka terbakar off kemalasan.


Dalam rangka memperkuat up administrasi dia mengambil langkah-langkah berikut: -

(I) pejabat negara dikeluarkan dari masuk ke bisnis apapun.

(Ii) tenaga kerja tidak dibayar dibuat ilegal.

(Iii) Pasture tanah dan cadangan permainan, yang diperuntukkan bagi keluarga dari martabat, yang merata di antara orang miskin untuk tujuan budidaya.

(Iv) Dia mendesak kepada semua pejabat untuk mendengarkan keluhan rakyat dan selama setiap kesempatan, ia digunakan untuk mengumumkan bahwa, jika subjek telah melihat adanya petugas menganiaya orang lain harus melaporkan dia ke pemimpin dan ia akan diberi hadiah mulai 100-300 dirham.


Prestasi berbuah Nya mengarah pada kesejahteraan masyarakat, dan bahkan ketika waktu untuk zakat tahunan dari datang, tidak ada yang menerimanya, tetapi untuk dikirim ke kota-kota lain untuk meningkatkan standar hidup lain. Semua orang bisa membantu keluarganya tanpa mengemis. Ini membawa kegembiraan di antara orang-orang dan loyalitas terhadap pemimpin mereka.
Kepemimpinan Omar tidak bisa dibandingkan dengan orang lain yang - itu begitu unik. Pemimpin yang berbeda memerintah sebelum dan sesudah dia tapi tidak ada yang bisa memecahkan rekornya.


Dia meninggal pada tahun 719 Masehi, setelah berkuasa selama dua tahun dan lima bulan. Rakyatnya berkabung kesakitan, mengatakan bahwa, mereka tidak akan pernah memiliki pemimpin seperti Omar.

Senin, 25 Maret 2013

Kucing



Diceritakan dalam suatu kisah, Nabi Muhammad SAW memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza.
Suatu ketika, dikala nabi hendak mengambil jubahnya, di temuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Kerana tidak mau mengganggu hewan kesayangannya itu, nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya.
Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan tunduk sujud kepada tuannya.
Sebagai balasan, nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengusap lembut ke badan kucing baginda itu sebanyak 3 kali.
Dalam peristiwa lain, setiap kali Nabi menerima tetamu di rumahnya, nabi selalu menggendong mueeza dan diriba diatas pahanya.
Salah satu sifat Mueeza yang nabi sukai ialah dia selalu mengeong ketika mendengar azan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara azan.
Kepada para sahabat, nabi selalu berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan, seperti menyayangi keluarga sendiri.
Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan manja ini sangatlah berat, dalam sebuah hadis sahih Al Bukhari, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepaskan kucingnya untuk mencari makan sendiri.
Nabi SAW pun menjelaskan bahawa hukuman bagi wanita ini adalah siksaan neraka.
Tidak hanya nabi, isteri nabi sendiri, Aisyah binti Abu Bakar Ash Siddiq pun amat menyukai kucing, dan merasa amat kehilangan dikala kucingnya meninggalkan
Seorang sahabat yang juga ahli hadis, Abdurrahman bin Sakhr Al Azdi diberi jolokan Abu Hurairah (bapa kucing jantan), kerana kegemarannya dalam merawat dan memelihara banyak kucing jantan dirumahnya.

Rabu, 20 Maret 2013

Laki-Laki Sejati


Kisah ini terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khatab ra. Ada seorang pemuda kaya, hendak pergi Mekkah untuk melaksanakan ibadah umrah. Dia mempersiapkan segala perbekalnnya, termasuk unta yang akan digunakan sebagai kendaraanya. Setelah semua dirasanya siap, dia pun memulai perjalanannya.
Ditengah perjalanan, dia menemukan sebuah tempat yang ditumbuhi rumput hijau nan segar. Dia berhenti di tempat itu untuk beristirahat sejenak. Pemuda itu duduk di bawah pohon. Akhirnya, dia terlelap dalam tidurnya yang nyenyak.
Saat dia tidur, tali untanya lepas, sehingga unta tu pergi ke sana kemari. Akhirnya, unta itu masuk ke kebun yang ada di dekat situ. Unta itu memakan tanam-tanaman dan buah-buahan di dalam kebun. Dia juga merusak segala yang dilewatinya.
Penjaga kebun itu adalah seorang kakek yang sudah tua. Sang kakek berusaha mengusir unta itu. Namun, dia tidak bisa. Karena khawatir unta itu akan merusak seluruh kebunnya, lalu sang kakek membunuhnya.
Ketika bangun, pemuda itu mencari untanya. Ternyata, dia menemukan unta itu telah tergeletak mati dengan leher menganga di dalam kebun. Pada saat itu, seorang kakek dating.
Pemuda itu bertanya, “Siapa yang membunuh unta itu?”
Kakek itu menceritakan apa yang telah dilakukan oleh unta itu. Karena kuatir akan merusak seluruh isi kebun, terpaksa dia membunuhnya.
Mendengar hal itu, sang pemuda sangat marah hingga tak terkendalikan. Serta-merta, dia memukul kakek penjaga kebun itu. Naasnya, kakek itu meninggal seketika. Pemuda itu menyesal atas apa yang diperbuatnya. Dia berniat kabur.
Saat itu, datanglah dua orang anak sang kakek tadi. Mengetahui ayahnya telah tergeletak tidak bernyawa dan disebelahnya berdiri pemuda itu, mereka lalu menangkapnya.
Kemudian keduanya membawa pemuda itu untuk menghadap Amirul Mukminin; Khalifah Umar bin Khatab ra. Mereka berdua menuntut dilaksanakan qishash (hukuman bagi orang yang membunuh) kepada pemuda yang telah membunuh ayah mereka.
Lalu, Umar bertanya kepada pemuda itu. Pemuda itu mengakui perbuatannya. Dia benar-benar menyesal atas apa yang telah dilakukannya.
Umar berkata, “Aku tidak punya pilihan lain kecuali melaksanakan hukum Allah.”
Seketika itu, sang pemuda meminta kepada Umar, agar dia diberi waktu dua hari untuk pergi ke kampungnya, sehingga dia bisa membayar hutang-hutangnya.
Umar bin Khatab berkata, “Hadirkan padaku orang yang menjamin, bahwa kau akan kembali lagi ke sini. Jika kau tidak kembali, orang itu yang akan diqhishas sebagai ganti dirimu.”
Pemuda itu menjawab, “Aku orang asing di negeri ini, Amirul Mukminin, aku tidak bisa mendatangkan seorang penjamin.”
Sahabat Abu Dzar ra yang saat itu hadir di situ berkata, “Hai Amirul Mukminin, ini kepalaku, aku berikan kepadamu jika pemuda itu tidak datang lagi setelah dua hari.”
Dengan terkejut, Umar bin Khatab berkata, “Apakah kau yang menjadi penjaminnya, wahai Abu Dzar … wahai sahabat Rasulullah?”
“Benar, Amirul Mukminin,” jawab Abu Dzar lantang.
Pada hari yang telah ditetapkan untuk pelaksanaan hukuman qhishash, orang-orang menantikan datangnya pemuda itu. Sangat mengejutkan! Dari jauh sekonyong-konyong mereka melihat pemuda itu datang dengan memacu kudanya. Sampai akhirnya, dia sampai di tempanya pelaksanaan hukuman. Orang-orang memandang dengan rasa takjub.
Umar bertanya kepada pemuda itu, “Mengapa kau kembali lagi ke sini Anak  Muda, padahal kau bisa menyelamatkan dirimu dari maut?”
Pemuda itu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, aku datang ke sini agar jangan sampai orang-orang berkata, ‘tidak ada lagi orang yang menepati janji di kalangan umat Islam’, dan agar orang-orang tidak mengatakan ‘tidak ada lagi lelaki sejati, kesatria yang berani mempertanggungjawabkan perbuatannya di kalangan umat Muhammad saw.”
Lalu, Umar melangkah ke arah Abu Dzar Al-Ghiffari dan berkata, “Dan kau wahai Abu Dzar, bagaimana kau bisa mantap menjamin pemuda ini, padahal kau tidak kenal dengan pemuda ini?”
Abu Dzar menjawab, “Aku lakukan itu agar orang-orang tidak mengatakan bahwa ‘tidak ada lagi lelaki jantan yang bersedia berkorban untuk saudaranya seiman dalam umat Muhammad saw.”
Mendengar itu semua, dia orang lelaki anak kakek yang terbunuh itu berkata, “Sekarang tiba giliran kami, wahai Amirul Mukminin, kami bersaksi di hadapanmu bahwa pemuda ini telah kami maafkan, dan kami tidak meminta apa pun darinya! Tidak ada yang lebih utama dari memberi maaf di kala mampu. Ini kami lakukan agar orang tidak mengatakan bahwa tidak ada lagi orang berjiwa besar, yang mau memaafkan saudaranya di kalangan umat Muhammad saw.”